"melihat dengan nurani, melayani dengan hati, menyentuh dengan kasih"

Kamis, 27 November 2014

Motivasi Kerja?


Apa Motivasimu utuk Bekerja?

Sebuah Pertanyaan yang mudah untuk dijawab, tapi mungkin bisa jadi juga sulit untuk dijawab. Sebagian individu akan menjawab, bekerja untuk mendapatkan income atau pemasukan. Tentu itu tidak salah. Tetapi bagi sebagian lagi, penghasilan bukanlah satu-satunya tujuan kita untuk bekerja. Ada juga yang bekerja tidak untuk penghasilan, misalnya kerja sosial.
Jawaban atas pertanyaan tersebut bermacam-macam, dan itu memang hal yang lumrah karena isi kepala tiap orang tidaklah sama dalam memandang sebuah pekerjaan. Ada yang memandang pekerjaan sebagai sebuah anugerah atau memandang pekerjaan sebagai sebuah pengisi waktu dan tidak ada hal istimewa didalamnya.
Bagi saya pribadi sebagai sorang Juru Rawat, bekerja adalah sebuah wujud rasa Cinta terbesar dalam kehidupan saya. Rasa Cinta kepada Tuhan, kepada Orang Tua, saudara, anak, istri, dan semua keluarga, juga Pimpinan serta rekan-rekan dilingkungan kerja saya.
Rekan-rekan pembaca juga mungkin punya jawaban yang lain. Jadi sebenarnya untuk apa?

Baik, jika kita merujuk ke teori kebutuhan dasar yang dikatakan oleh Abraham Maslow, ada 5 tingkatan kebutuhan manusia yang menjadi motivasi untuk bekerja, yaitu:
  1. Physical : materi (termasuk uang).
  2. Safety and security: rasa aman dan nyaman.
  3. Social: interaksi sesama manusia.
  4. Self-esteem: pencapaian, rasa hormat/ pengakuan dari orang lain, kebanggaan.
  5. Aktualisasi diri
Bekerja mengorbankan tenaga, waktu, dan pikiran, tentunya dengan harapan akan mendapat imbalan untuk memenuhi 5 kebutuhan tersebut. Kadang kala kita menganggap materi yang kita peroleh tak sebanding dengan usaha yang kita lakukan. Tapi, coba lihat lagi “imbalan” Non-material dari 4 sisi yang lain. It is really earned, not given and there is no Limit for that..dan itulah hasil dari setiap perjuangan juga jeripayah kita.

Nah, yang perlu kita tinjau lagi, on top of those 5 needs, lebih dari 5 tingkatan kebutuhan manusia, kita bekerja juga adalah amal Ibadah. Ini sangat penting untuk disadari.

Reward and punishment. Soal punishment, saya rasa cukup clear untuk improvement. Begitu juga dengan reward, adalah sesuatu yang sungguh-sungguh harus kita capai dengan perjuangan yang tak mudah. Walaupun kita mencapai sebuah prestasi tertentu, tidaklah tentu kita bisa mendapatkan reward-nya. Karena sesungguhnya yang terpenting adalah apa yang kita upayakan, dan manfaat yang tercipta dari upaya tersebut: hasil yang dirasakan tak hanya oleh Instansi kerja kita, tapi juga oleh masyarakat dan khalayak banyak.

Seumpamanya menanam benih: tidak semua orang bisa memetik buahnya. Apalagi instan. Butuh waktu. Dan begitu berbuah, belum tentu untuk kita. Bisa jadi untuk orang lain. Atau, bisa juga kita simpan (tabung) dulu untuk masa depan.
Ada filosofi yang bisa kita pelajari dari buah-buahan ini. Adakah di antara rekan-rekan pembaca yang bertanya-tanya, “Mengapa di dalam buah Salak ada bijinya?”
Untuk menikmati buah salak, pertama-tama kita harus kupas kulitnya kan? Mengupas itu adalah usaha. Setelah mengupas kulitnya (usaha), baru kita bisa menikmati daging buahnya. Dagingnya itu adalah hasil dari Usaha.

Namun, bagaimanakah kita menikmati daging buah salak tersebut? Belum tentu semua buah yang kita kupas itu dagingnya enak dan manis, apalagi jika proses pematangannya tidak alami, tentunya akan terasa tawar. Enak atau tidak enak itu bisa jadi relatif. Tergantung dari seberapa tinggi harapan (expectation) kita. Kalau tidak sesuai harapan, tentunya kita akan merasa kecewa, tidak bisa menikmati hasilnya.
Begitu juga kalau kita terlalu mengharapkan hasil dari setiap pekerjaan atau usaha kita. Pada akhirnya akan mengurangi keikhlasan kita dalam bekerja. Berkurangnya keihklasan membuat kita kurang bisa menikmati hasil pekerjaan kita. Tetapi sebaliknya, Jika kita bekerja dengan ikhlas, kita akan cenderung tidak kecewa dan lebih menikmati hasilnya.

Setelah kita menikmati nikmatnya daging buah Salak, baik itu sendiri maupun bersama teman atau keluarga, kita pun menyisakan biji buah salak. Nah, itu adalah kewajiban dan tanggung jawab. Kita punya tanggung jawab untuk menanam kembali biji itu agar Salak bisa dinikmati untuk generasi kita.

Begitu juga dalam kehidupan kita. Kita berusaha dan bekerja. Kita pun pasti menikmati hasilnya. Tapi kita harus ingat, kita juga punya tanggung jawab untuk berbagi dan mewariskan ilmu yang kita kita miliki, yang kita dapat dan kita pelajari selama kita hidup untuk orang lain. Untuk generasi penerus. Sehingga, hidup kita tak hanya bermanfaat bagi diri sendiri, tapi juga bagi keluarga, orang disekitar kita dan bagi masyarakat luas.

xander@mantewe.blogspot.com c 2014