Macam Gangguan Jiwa
Gangguan jiwa
artinya bahwa yang menonjol ialah gejala-gejala yang psikologik dari unsur
psikis. Macam-macam gangguan jiwa: Gangguan jiwa organik dan simtomatik,
skizofrenia, gangguan skizotipal dan gangguan waham, gangguan suasana perasaan,
gangguan neurotik, gangguan somatoform, sindrom perilaku yang berhubungan
dengan gangguan fisiologis dan faktor fisik, Gangguan kepribadian dan perilaku
masa dewasa, retardasi mental, gangguan perkembangan psikologis, gangguan
perilaku dan emosional dengan onset masa kanak dan remaja.
a. Skizofrenia.
Merupakan bentuk
psikosa fungsional paling berat, dan menimbulkan disorganisasi personalitas
yang terbesar.Skizofrenia juga merupakan suatu bentuk psikosa yang sering
dijumpai dimana-mana sejak dahulu kala.Meskipun demikian pengetahuan kita
tentang sebab-musabab dan patogenisanya sangat kurang. Dalam kasus berat, klien
tidak mempunyai kontak dengan realitas, sehingga pemikiran dan perilakunya
abnormal. Perjalanan penyakit ini secara bertahap akan menuju kearah
kronisitas, tetapi sekali-kali bisa timbul serangan. Jarang bisa terjadi
pemulihan sempurna dengan spontan dan jika tidak diobati biasanya berakhir
dengan personalitas yang rusak ” cacat ”.
Schizophrenia
adalah penyakit jiwa yang paling banyak terjadi dibandingkan dengan penyakit
jiwa lainnya, penyakit ini menyebabkan kemunduran kepribadian pada umumnya,
yang biasanya mulai tampak pada masa puber, dan paling banyak adalah orang yang
berumur antara 15 – 30 tahun.
Gejala-gejala
diantaranya :
Dingin perasaan, tak ada perhatian pada apa yang terjadi di sekitarnya. Tidak terlihat padanya reaksi emosional terhadap orang yang terdekat kepadanya, baik emosi marah, sedih dan takut. Segala sesuatu dihadapinya dengan acuh tak acuh.
Banyak tenggelam dalam lamunan yang jauh dari kenyataan, sangat sukar bagi orang untuk memahami pikirannya. Dan ia lebih suka menjauhi pergaulan dengan orang banyak dan suka menyendiri.
mempunyai prasangka-prasangka yang tidak benar dan tidak beralasan, misalnya apabila ia melihat orang yang menulis atau membicarakan sesuatu, disangkanya bahwa tulisan atau pembicaraan itu ditujukan untuk mencelanya.
Sering terjadi salah tanggapan atau terhentinya pikiran, misalnya orang sedang berbicara tiba-tiba lupa apa yang dikatakannya itu. Kadang-kadang dalam pembicaraan ia pindah dari suatu masalah ke masalah lain yang tak ada hubungannya sama sekali atau perkataannya tidak jelas ujung pangkalnya.
Halusinasi pendengaran, penciuman atau penglihatan, dimana penderita seolah-olah mendengar, mencium atau melihat sesuatu yang sebenarnya tidak ada. Ia seakan-akan mendengar orang lain (tetangga) membicarakannya, atau melihat sesuatu yang menakutkannya.
Banyak putus asa dan merasa bahwa ia adalah korban kejahatan orang banyak atau masyarakat. Merasa bahwa semua orang bersalah dan meyebabkan penderitaannya.
keinginan menjauhkan diri dari masyarakat , tidak mau bertemu dengan orang lain dan sebagainya, bahkan kadang-kadang sampai kepada tidak mau makan atau minum dan sebagainya, sehingga dalam hal ini ia harus diinjeksi supaya tertolong.
Dingin perasaan, tak ada perhatian pada apa yang terjadi di sekitarnya. Tidak terlihat padanya reaksi emosional terhadap orang yang terdekat kepadanya, baik emosi marah, sedih dan takut. Segala sesuatu dihadapinya dengan acuh tak acuh.
Banyak tenggelam dalam lamunan yang jauh dari kenyataan, sangat sukar bagi orang untuk memahami pikirannya. Dan ia lebih suka menjauhi pergaulan dengan orang banyak dan suka menyendiri.
mempunyai prasangka-prasangka yang tidak benar dan tidak beralasan, misalnya apabila ia melihat orang yang menulis atau membicarakan sesuatu, disangkanya bahwa tulisan atau pembicaraan itu ditujukan untuk mencelanya.
Sering terjadi salah tanggapan atau terhentinya pikiran, misalnya orang sedang berbicara tiba-tiba lupa apa yang dikatakannya itu. Kadang-kadang dalam pembicaraan ia pindah dari suatu masalah ke masalah lain yang tak ada hubungannya sama sekali atau perkataannya tidak jelas ujung pangkalnya.
Halusinasi pendengaran, penciuman atau penglihatan, dimana penderita seolah-olah mendengar, mencium atau melihat sesuatu yang sebenarnya tidak ada. Ia seakan-akan mendengar orang lain (tetangga) membicarakannya, atau melihat sesuatu yang menakutkannya.
Banyak putus asa dan merasa bahwa ia adalah korban kejahatan orang banyak atau masyarakat. Merasa bahwa semua orang bersalah dan meyebabkan penderitaannya.
keinginan menjauhkan diri dari masyarakat , tidak mau bertemu dengan orang lain dan sebagainya, bahkan kadang-kadang sampai kepada tidak mau makan atau minum dan sebagainya, sehingga dalam hal ini ia harus diinjeksi supaya tertolong.
Demikian antara
lain gejala Schizophrenia, dan tiap-tiap pasien mungkin hanya mengalami satu
atau dua macam saja dari gejala tersebut, sedangkan dalam hal lain terlihat
jauh dari kenyataan.
Sampai sekarang
belum diketahui dengan pasti apa sesungguhnya yang menimbulkan
Schizophrenia itu. Ada yang berpendapat bahwa keturunanlah yang besar peranannya. Menurut hasil beberapa penelitian terbukti bahwa 60% dari orang yang sakit ini berasal dari keluarga yang pernah dihinggapi sakit jiwa. Adapula yang mengatakan bahwa sebabnya adalah rusaknya kelenjar-kelenjar tertentu dalam tubuh. Ada yang menitik beratkan pandangannya pada penyesuaian diri yaitu karena orang tidak mampu menghadapai kesukaran hidup , tidak bisa menyesuaikan diri sedemikian rupa sehingga sering menemui kegagalan dalam usaha menghadapi kesukaran.
Schizophrenia itu. Ada yang berpendapat bahwa keturunanlah yang besar peranannya. Menurut hasil beberapa penelitian terbukti bahwa 60% dari orang yang sakit ini berasal dari keluarga yang pernah dihinggapi sakit jiwa. Adapula yang mengatakan bahwa sebabnya adalah rusaknya kelenjar-kelenjar tertentu dalam tubuh. Ada yang menitik beratkan pandangannya pada penyesuaian diri yaitu karena orang tidak mampu menghadapai kesukaran hidup , tidak bisa menyesuaikan diri sedemikian rupa sehingga sering menemui kegagalan dalam usaha menghadapi kesukaran.
Apapun sebab
sesungguhnya, namun terbukti bahwa kebanyakan penyakit ini mulai menyerang
setelah orang setelah menghadapi satu peristiwa yang menekan, yang berakibat
munculnya penyakit yang mungkin sudah terdapat secara tersembunyi di dalam
orang itu. Faktor pendorong lain ialah kesukaran ekonomi, keluarga, hubungan
cinta, selain itu terdapat kegelisahan yang timbul akibat terlalu lama
melakukan onani, sehingga merasa berdosa dan menyesal, sedang menghentikannya
tak sanggup.
Penyakit ini
biasnya lama sekali perkembangannya, mungkin dalam beberapa bulan atau beberapa
tahun, baru ia menunjukkan gejala-gejala ringan, tapi akhirnya setelah
peristiwa tertentu, tiba-tiba terlihat gejala yang hebat sekaligus.
b.Gangguan Identitas Gender
Saat ini, yang
paling kontroversial dari semua gangguan mental adalah gangguan identitas jenis
kelamin. Berdasarkan DSM edisi sebelumnya, orang yang merasa jenis kelamin
fisiknya tidak sesuai dengan jenis kelaminnya yang sejati dapat didiagnosis
mengalami gangguan identitas gender.
Kontroversi
terbesar atas gangguan ini adalah karena DSM tidak memuat cara pengobatannya.
Apakah anak-anak yang merasa tidak cocok jenis kelaminnya diizinkan
mendefinisikan diri mereka sendiri, atau harus didorong untuk mengidentifikasi
dirinya sesuai jenis kelamin fisiknya?
“Di satu sisi,
para ahli berpendapat agar anak-anak ini merasa nyaman dengan tubuh yang telah
dimilikinya sendiri. Namun di sisi lain, para ahli menginginkan anak-anak ini
bebas menentukan keinginannya. Menurutku, memaksa seseorang untuk hidup dengan
jenis kelamin yang tidak diinginkan akan menyebabkan depresi dan kecemasan,”
kata Diane Ehrensaft, psikolog klinis di Oakland, California.
c.Kecanduan seks
Menurut lembaga
Society for the Advancement of Sexual Health, kecanduan seks ditandai dengan
kurangnya kontrol atas perilaku seksual.
Pecandu seks akan
menuruti keinginan seksualnya meskipun berakibat buruk, tidak bisa menetapkan
batasan dan terobsesi dengan seks bahkan ketika tidak ingin memikirkan hal itu.
Beberapa pecandu seks mengaku tidak mendapatkan kenikmatan dari perilaku
seksualnya, tapi hanya menghasilkan rasa malu.
Gangguan ini belum
dimasukkan ke dalam DSM, dan kemungkinan tidak akan disertakan dalam DSM edisi
berikutnya. Malahan, Asiosiasi Psikologi Amerika (APA) bermaksud menambahkan
kelainan seksual baru yang disebut gangguan hiperseksual, yang tidak
menggambarkan tentang kecanduan seks.
d. Depresi
Merupakan satu
masa terganggunya fungsi manusia yang berkaitan dengan alam perasaan yang sedih
dan gejala penyertanya, termasuk perubahan pada pola tidur dan nafsu makan,
psikomotor, konsentrasi, kelelahan, rasa putus asa dan tak berdaya, serta
gagasan bunuh diri. Depresi juga dapat diartikan sebagai salah satu bentuk
gangguan kejiwaan pada alam perasaan yang ditandai dengan kemurungan,
keleluasaan, ketiadaan gairah hidup, perasaan tidak berguna, putus asa dan lain
sebagainya. Depresi adalah suatu perasaan sedih dan yang berhubungan dengan penderitaan.Dapat berupa serangan yang
ditujukan pada diri sendiri atau perasaan marah yang mendalam. Depresi adalah
gangguan patologis terhadap mood mempunyai karakteristik berupa bermacam-macam
perasaan, sikap dan kepercayaan bahwa seseorang hidup menyendiri, pesimis,
putus asa, ketidak berdayaan, harga diri rendah, bersalah, harapan yang negatif
dan takut pada bahaya yang akan datang. Depresi menyerupai kesedihan yang
merupakan perasaan normal yang muncul sebagai akibat dari situasi tertentu
misalnya kematian orang yang dicintai. Sebagai ganti rasa ketidaktahuan akan
kehilangan seseorang akan menolak kehilangan dan menunjukkan kesedihan dengan
tanda depresi. Individu yang menderita suasana perasaan (mood) yang depresi
biasanya akan kehilangan minat dan kegembiraan, dan berkurangnya energi yang
menuju keadaan mudah lelah dan berkurangnya aktifitas. Depresi dianggap normal
terhadap banyak stress kehidupan dan abnormal hanya jika ia tidak sebanding
dengan peristiwa penyebabnya dan terus berlangsung sampai titik dimana sebagian
besar orang mulai pulih.
Sebenarnya
penyebab depresi bisa dilihat dari faktor biologis (seperti misalnya karena
sakit, pengaruh hormonal, depresi pasca-melahirkan, penurunan berat yang
drastis) dan faktor psikososial (misalnya konflik individual atau
interpersonal, masalah eksistensi, masalah kepribadian, masalah keluarga). Ada
juga pendapat yang menyatakan bahwa masalah keturunan punya pengaruh terhadap
kecenderungan munculnya depresi.
Individu
yang terkena depresi pada umumnya menunjukkan gejala psikologis dan fisik tertentu.
Sebelum kita menjelajah lebih lanjut untuk mengenali gejala depresi, ada
baiknya jika kita mengenal apakah artinya gejala. Gejala adalah sekumpulan
peristiwa, perilaku atau perasaan yang sering (namun tidak selalu) muncul pada
waktu yang bersamaan. Gejala depresi adalah kumpulan dari perilaku dan perasaan
yang secara spesifik dapat dikelompokkan sebagai depresi.
Namun
yang perlu diingat, setiap orang mempunyai perbedaan yang mendasar, yang
memungkinkan suatu peristiwa atau perilaku dihadapi secara berbeda dan
memunculkan reaksi yang berbeda antara satu orang dengan yang lain. Mengenali
gejala depresi mungkin bisa membantu memahami depresi yang Anda alami.
Gejala depresi bisa timbul dalam bentuk fisik maupun psikologis. Secara garis besar ada beberapa gejala fisik biasanya menyertai depresi. Gejala itu seperti :
- Gangguan pola tidur (sulit tidur, terlalu banyak atau terlalu sedikit)
- Menurunnya tingkat aktivitas. Pada umumnya, orang yang mengalami depresi menunjukkan perilaku yang pasif, menyukai kegiatan yang tidak melibatkan orang lain seperti nonton TV, makan, tidur
- Menurunnya efisiensi kerja. Penyebabnya jelas, orang yang terkena depresi akan sulit memfokuskan perhatian atau pikiran pada suatu hal, atau pekerjaan. Sehingga, mereka juga akan sulit memfokuskan energi pada hal-hal prioritas. Kebanyakan yang dilakukan justru hal-hal yang tidak efisien dan tidak berguna, seperti misalnya ngemil, melamun, merokok terus menerus, sering menelpon yang tak perlu. Yang jelas, orang yang terkena depresi akan terlihat dari metode kerjanya yang menjadi kurang terstruktur, sistematika kerjanya jadi kacau atau kerjanya jadi lamban.
- Menurunnya produktivitas kerja. Orang yang terkena depresi akan kehilangan sebagian atau seluruh motivasi kerjanya. Sebabnya, ia tidak lagi bisa menikmati dan merasakan kepuasan atas apa yang dilakukannya. Ia sudah kehilangan minat dan motivasi untuk melakukan kegiatannya seperti semula. Oleh karena itu, keharusan untuk tetap beraktivitas membuatnya semakin kehilangan energi karena energi yang ada sudah banyak terpakai untuk mempertahankan diri agar tetap dapat berfungsi seperti biasanya. Mereka mudah sekali lelah, capai padahal belum melakukan aktivitas yang berarti !
- Mudah merasa letih dan sakit. Jelas saja, depresi itu sendiri adalah perasaan negatif. Jika seseorang menyimpan perasaan negatif maka jelas akan membuat letih karena membebani pikiran dan perasaan ! ; dan ia harus memikulnya di mana saja dan kapan saja, suka tidak suka!
Sedangkan
gejala psikologis yang biasanya terasa oleh orang yang mengalami depresi antara
lain:
- Kehilangan rasa percaya diri. Penyebabnya, orang yang mengalami depresi cenderung memandang segala sesuatu dari sisi negatif, termasuk menilai diri sendiri. Pasti mereka senang sekali membandingkan antara dirinya dengan orang lain. Orang lain dinilai lebih sukses, pandai, beruntung, kaya, lebih berpendidikan, lebih berpengalaman, lebih diperhatikan oleh atasan, dan pikiran negatif lainnya.
- Sensitif. Orang yang mengalami depresi senang sekali mengaitkan segala sesuatu dengan dirinya. Perasaannya sensitif sekali, sehingga sering peristiwa yang netral jadi dipandang dari sudut pandang yang berbeda oleh mereka, bahkan disalahartikan. Akibatnya, mereka mudah tersinggung, mudah marah, perasa, curiga akan maksud orang lain (yang sebenarnya tidak ada apa-apa), mudah sedih, murung, dan lebih suka menyendiri.
- Merasa diri tidak berguna. Perasaan tidak berguna ini muncul karena mereka merasa menjadi orang yang gagal terutama di bidang atau lingkungan yang seharusnya mereka kuasai. Misalnya, seorang manajer mengalami depresi karena ia dimutasikan ke bagian lain. Dalam persepsinya, pemutasian itu disebabkan ketidakmampuannya dalam bekerja dan pimpinan menilai dirinya tidak cukup memberikan kontribusi sesuai dengan yang diharapkan.
- Perasaan bersalah. Perasaan bersalah terkadang timbul dalam pemikiran orang yang mengalami depresi. Mereka memandang suatu kejadian yang menimpa dirinya sebagai suatu hukuman atau akibat dari kegagalan mereka melaksanakan tanggung jawab yang seharusnya dikerjakan. Banyak pula yang merasa dirinya menjadi beban bagi orang lain dan menyalahkan diri mereka atas situasi tersebut.
- Lebih suka menyendiri. Mereka merasa tidak mampu untuk bersikap terbuka dan secara aktif menjalin hubungan dengan lingkungan sekalipun ada kesempatan.
Permasalahan
sesungguhnya yang dialami orang yang depresi adalah tidak mau atau malu mencari
bantuan untuk menyembuhkan depresi. Mereka memilih untuk menyimpan sendiri
beban pikiran dan perasaannya. Terutama apabila depresi terjadi pada orang yang
terkenal dan dihormati masyarakat. Mereka takut dianggap tidak mampu mengatasi
masalahnya sendiri atau tidak mau dianggap gila. Depresi bukan penyakit jiwa
yang tidak bisa disembuhkan.
Depresi
hanyalah gangguan kecil yang seharusnya bisa kita selesaikan dengan cepat dan
mudah asalkan kita tahu caranya. Untuk itu, tidak perlu Anda merasa malu untuk
berkonsultasi dengan hypnotherapist. Namun pastikan juga hypnotherapist yang
Anda kunjungi benar-benar memahami masalah pikiran. Menghipnotis itu mudah,
tapi menggunakan hipnotis untuk terapi masalah psikologis adalah masalah serius
dan butuh pengetahuan yang luas.
e.
Kecemasan
Sebagai pengalaman
psikis yang biasa dan wajar, yang pernah dialami oleh setiap orang dalam rangka
memacu individu untuk mengatasi masalah yang dihadapi sebaik-baiknya. Suatu
keadaan seseorang merasa khawatir dan takut sebagai bentuk reaksi dari ancaman
yang tidak spesifik. Penyebabnya maupun sumber biasanya tidak diketahui atau
tidak dikenali. Intensitas kecemasan dibedakan dari kecemasan tingkat ringan
sampai tingkat berat.Menurut Sundeen (1995) mengidentifikasi rentang respon
kecemasan kedalam empat tingkatan yang meliputi, kecemasn ringan, sedang, berat
dan kecemasan panik.
f.
Gangguan Kepribadian
Klinik menunjukkan
bahwa gejala-gejala gangguan kepribadian (psikopatia) dan gejala-gejala nerosa
berbentuk hampir sama pada orang-orang dengan intelegensi tinggi ataupun
rendah. Jadi boleh dikatakan bahwa gangguan kepribadian, nerosa dan gangguan
intelegensi sebagaian besar tidak tergantung pada satu dan lain atau tidak
berkorelasi. Klasifikasi gangguan kepribadian: kepribadian paranoid,
kepribadian afektif atau siklotemik, kepribadian skizoid, kepribadian axplosif,
kepribadian anankastik atau obsesif-konpulsif, kepribadian histerik,
kepribadian astenik, kepribadian antisosial, Kepribadian pasif agresif, kepribadian inadequate.
g. Gangguan
Mental Organik
Merupakan gangguan
jiwa yang psikotik atau non-psikotik yang disebabkan oleh gangguan fungsi
jaringan otak. Gangguan fungsi jaringan otak ini dapat disebabkan oleh penyakit
badaniah yang terutama mengenai otak atau yang terutama diluar otak. Bila
bagian otak yang terganggu itu luas , maka gangguan dasar mengenai fungsi
mental sama saja, tidak tergantung pada penyakit yang menyebabkannya bila hanya
bagian otak dengan fungsi tertentu saja yang terganggu, maka lokasi inilah yang
menentukan gejala dan sindroma, bukan penyakit yang menyebabkannya. Pembagian
menjadi psikotik dan tidak psikotik lebih menunjukkan kepada berat gangguan
otak pada suatu penyakit tertentu daripada pembagian akut dan menahun.
h.
Gangguan Psikosomatik
Merupakan komponen
psikologik yang diikuti gangguan fungsi badaniah. Sering terjadi perkembangan
neurotik yang memperlihatkan sebagian besar atau semata-mata karena gangguan
fungsi alat-alat tubuh yang dikuasai oleh susunan saraf vegetatif. Gangguan
psikosomatik dapat disamakan dengan apa yang dinamakan dahulu neurosa organ.
Karena biasanya hanya fungsi faaliah yang terganggu, maka sering disebut juga
gangguan psikofisiologik.
i.
Retardasi Mental
Retardasi mental
merupakan keadaan perkembangan jiwa yang terhenti atau tidak lengkap, yang
terutama ditandai oleh terjadinya hendaya keterampilan selama masa
perkembangan, sehingga berpengaruh pada tingkat kecerdasan secara menyeluruh,
misalnya kemampuan kognitif, bahasa, motorik dan sosial.
j.
Gangguan Perilaku Masa Anak dan Remaja.
Anak dengan
gangguan perilaku menunjukkan perilaku yang tidak sesuai dengan permintaan,
kebiasaan atau norma-norma masyarakat. Anak dengan gangguan perilaku dapat
menimbulkan kesukaran dalam asuhan dan pendidikan. Gangguan perilaku mungkin
berasal dari anak atau mungkin dari lingkungannya, akan tetapi akhirnya kedua
faktor ini saling memengaruhi. Diketahui bahwa ciri dan bentuk anggota tubuh
serta sifat kepribadian yang umum dapat diturunkan dari orang tua kepada
anaknya. Pada gangguan otak seperti trauma kepala, ensepalitis, neoplasma dapat
mengakibatkan perubahan kepribadian.Faktor lingkungan juga dapat mempengaruhi
perilaku anak, dan sering lebih menentukan oleh karena lingkungan itu dapat
diubah, maka dengan demikian gangguan perilaku itu dapat dipengaruhi atau
dicegah.
k.Homoseksualitas
Dalam sejarahnya,
homoseksual adalah gangguan kejiwaan yang paling kontroversial. APA mencoret
homoseksualitas dari daftar gangguan mental pada tahun 1973 setelah mendapat
gempuran protes dari aktivis gay dan lesbian.
Beberapa bukti
ilmiah menyarankan bahwa ketertarikan sesama jenis adalah hal yang normal di
kalangan orang yang mampu menyesuaikan diri dengan lingkungannya.
l. Gangguan Asperger
Gangguan Asperger
ditandai dengan kecerdasan dan kemampuan bahasa yang normal, namun keterampilan
sosial yang buruk. Ganggguan ini dimasukkan DSM pada tahun 1994, namun pada
tahun 2013, gangguan ini dipastikan sudah dikeluarkan dari daftar.
Alasannya,
penelitian telah gagal membedakan antara gangguan Asperger dan autisme. 44
persen anak yang didiagnosis Asperger benar-benar memenuhi kriteria autisme,
menurut sebuah survei tahun 2008.
m. Gangguan Bipolar pada Anak
Gangguan bipolar
ditandai oleh perubahan suasana hati antara depresi dan rasa senang. Pada tahun
1994 sampai 2003, jumlah kunjungan dokter terkait dengan gangguan bipolar pada
anak naik 40 kali lipat, demikian menurut sebuah penelitian tahun 2007 di
jurnal Archives of General Psychiatry.
Masalahnya adalah,
sebagian dari kenaikan itu disebabkan karena perubahan cara psikolog
mendiagnosa gangguan bipolar pada anak-anak, bukan karena peningkatan kasus
secara aktual.
Untuk
mengatasinya, APA berencana menambahkan gangguan baru, yaitu disregulasi marah
dengan dysphoria. Gangguan ini akan berlaku untuk anak-anak yang memiliki
suasana hati mudah tersinggung dan sering marah. Namun beberapa ahli sudah
meragukannya karena beberapa gangguan perilaku pada anak dianggap hal yang
normal.
n. ADHD pada Dewasa
ADHD adalah
singkatan dari attention deficit hyperactivity disorder. Anak-anak dengan ADHD
mengalami kesulitan duduk dengan diam, memperhatikan, dan mengontrol dorongan
hatinya. Baru-baru ini, beberapa psikiater mulai mendiagnosa ADHD pada orang
dewasa.
“Beberapa gejala
ADHD pada anak-anak saja sudah dianggap diagnosis yang berlebihan, apalagi pada
dewasa. Ada tuduhan bahwa psikiater bersekongkol dengan perusahaan farmasi agar
dapat menjual obat ADHD lebih banyak,” kata psikiater dari New York University,
Norman Sussman.
o. Gangguan Disosiasi Identitas
Dulu gangguan ini
dikenal sebagai gangguan kepribadian ganda. Gangguan kepribadian ganda terkenal
setelah sebuah buku berjudul “Sybil” dibuat menjadi film dengan nama yang sama
pada tahun 1976.
Film dan buku
tersebut bercerita tentang Shirley Mason, nama samaran Sybil, yang didiagnosis
memiliki 16 kepribadian berbeda sebagai akibat dari pelecehan fisik dan seksual
oleh ibunya.
Buku dan filmnya
memang laris, tetapi diagnosisnya sangat jarang ditemui. Pada tahun 1995,
seorang psikiater bernama Herbert Spiegel menyelidiki kasus Sybil.
Ia menegaskan
bahwa ia mempercayai kepribadian Sybil yang berbeda-beda tersebut diciptakan
oleh terapisnya karena efek terapi atau hipnotis, dan hal ini mungkin terjadi
tanpa disadari.
Para kritikus
berpendapat bahwa gangguan tersebut sebenarnya adalah rekayasa, dibuat dengan
maksud meyakinkan pasien bahwa masalahnya adalah karena kepribadian ganda.
Meskipun demikian,
gangguan identitas disosiatif berhasil melewati kritik ini dan tidak akan
mengalami perubahan besar dalam DSM edisi berikutnya.
p. Narsisistik
Seseorang yang
sangat butuh dipuji dan kurang berempati kepada orang lain masuk dalam kriteria
narsistik, dan mereka nampaknya memang cocok menjalani psikoterapi. Namun,
gangguan narsisitik ini juga sempat menuai kontroversi.
Masalah
terbesarnya adalah karena tidak ada yang mengaku memiliki gangguan tersebut.
Menurut review tahun 2001 di Journal of Mental Health Counseling, hampir
setengah orang yang didiagnosis kepribadian narsisistik juga memenuhi kriteria
gangguan kepribadian lainnya.
Untuk mengatasi
masalah tersebut, APA mengusulkan perubahan besar pada DSM edisi berikutnya.
Diagnosis akan lebih berfokus pada disfungsi dan sifat gangguan mental.
Tujuannya adalah untuk menhilangkan tumpang tindih dan membuat kategori yang
lebih berguna bagi pasien dengan gangguan kepribadian.
q. Penis Envy (Cemburu Penis)
Sigmund Freud
merevolusi psikologi pada tahun di 1800-an dan awal 1900-an dengan
teori-teorinya tentang psikoseksual. Salah satu teorinya adalah menyimpulkan
bahwa perkembangan seksual gadis-gadis muda didorong oleh kecemburuan karena
tidak memilik penis (penis envy) dan hasrat seksualnya terhadap ayah.
Kesimpulan ini
kontan menuai banyak kontroversi. Namun seiring perkembangan zaman, teori ini
telah dianggap usang dengan sendirinya.
r. Histeria
Pada tahun
1800-an, histeria mencakup semua diagnosis gangguan mental pada wanita.
Gejala-gejalanya tidak jelas seperti; ketidakpuasan, rasa lemah, serta ledakan
emosi.
Pengobatannya
sederhana dan dikenal dengan ‘histeris paroxysm’ atau dikenal juga dengan
orgasme. Dokter akan memijat alat kelamin pasiennya secara manual atau dengan
vibrator. Meskipun janggal, hal ini tidak dianggap kontroversial ketika itu.
Yang lebih kontroversial
adalah meminta pasien wanita ‘histeria’ untuk beristirahat saja tanpa bekerja
atau bersosialisasi. Pengobatan ini seringkali justru memperburuk kecemasan
atau depresi. Menurut editorial tahun 2002 di jurnal Spinal Cord, kasus
diagnosis histeria mereda secara bertahap sepanjang abad ke-20.