"melihat dengan nurani, melayani dengan hati, menyentuh dengan kasih"

Senin, 04 Juli 2016

Selamat IDUL FITRI 1437H

Sepertinya setiap tahun, jumlah pemudik bermotor yang melalui jalan Raya Batulicin-Kandangan dan Jalan Transmigrasi makin banyak saja. Mobil full body press juga bersliweran dengan membawa onggokan barang berharga di atas kabin mobil, sehingga lebih tampak seperti pengungsi dibanding pemudik.
Ya, berkat perhatian bapak Bupati Kabupaten Tanah Bumbu, kini akses jalan menuju kabupaten banjar melalu jalan Transmigrasi semakin mudah untuk dilewati. Namun para “mudikers” yang melalui jalur ini harus tetap berhati-hati, karena masih ada beberapa titik yang saat ini masih dalam pengerjaan perbaikan bertahap.

“Mudik”
Kenapa harus ada tradisi mudik ya?
Buat apa sih mudik?
Amun kada’ hakun repot mudik, kenapa harus begawe  jauh dari keluarga, dan setiap setahun sekali berpanas-panasan, tergencet di antara ribuan kepentingan dan aroma badan yang pasti mampu memberangus lubang hidung yang cuma ada dua.

Mudik bisa dibilang merupakan tradisi Idul Fitri yang hanya ada di Indonesia. Negara-negara timur tengah misalnya, tidak mengenal tradisi ini.
Orang Indonesia seakan-akan memiliki kewajiban untuk pulang kampung. Rasanya ada yang kurang jika lebaran tidak dengan keluarga.
Mudik nggak hanya sekedar buang uang yang dikumpulkan setahun.
Mudik nggak hanya berjubel, panas-panasan di kendaraan hingga rela tubuhnya sedikit penyok, Mudik pun nggak hanya ketemu kangen sama keluarga, sanak saudara, yang mungkin terpisah jarak dan waktu…Tapi ada makna yang lebih dalam dari sekedar yang sudah saya sebut di atas.
Mempertemukan kembali tali persaudaraan, kasih, kangen-kangenan, silaturahmi, mempersatukan kembali jalinan kasih dan cinta yang telah terpisah.
Mudik berarti juga manusia kembali ke fitrahnya, kembali ke keluarganya, ke kehangatan keluarga.
Mudik berarti menyatukan kembali sisi emosi dan hati yang mungkin selama ini hambar, dingin, dan lekang oleh kesibukan.
Sayangnya, seringkali kejadian mudik, kembali ke fitrah sebagai satu keluarga ini hanya terjadi di momen tertentu di setiap tahunnya. Padahal tema mudik bisa diangkat menjadi konsep kehidupan yang sebenarnya. Dimana setiap orang menemukan kembali kehangatan, kasih, persaudaraan, yang dirangkai melintasi jarak ruang dan waktu.

Sayangnya juga, seringkali momen kembali ke fitrah sebagai mahluk sosial yang saling membutuhkan, tidak berjalan mulus, karena masih adanya ego yang tidak mau memaafkan dan mengampuni. Mengampuni pun kadang hanya formalitas di bibir, tapi tidak di hati. Padahal dibutuhkan hati seluas samudera untuk memberi pengampunan.
Momen mudik ini sebenarnya tidak terjadi hanya setahun sekali. Kecanggihan teknologi komunikasi memungkinkannya untuk dilakukan setiap saat untuk sambung rasa sambung kata. Jadi tak usah menunggu momen tahunan untuk silaturahmi, agar tali persaudaraan tidak menjadi hambar.
Gunakan fasilitas komunikasi secara optimal dan efektif, sehingga komunikasi dapat mempersatukan, bukan malah memecah silaturahmi bahkan berujung konflik. Manfaatkan momen mudik sehari-hari melalui peralatan komunikasi. Berdayakan teknologi komunikasi untuk terus mengingatkan, bahwa kita masih memiliki keluarga, saudara, kerabat, sahabat, teman, yang meskipun dipisahkan jarak dan waktu, namun tetap terjalin hangat.

Terakhir kami ucapkan Selamat Hari Raya IDUL FITRI 1437H, raih kemenangan dan kembali ke fitrah. Minal aidin wal faidzin, Mohon maaf lahir dan batin. Bagi teman-teman yang Mudik…Tetap berhati-hati dijalan, Utamakan Kesehatan dan Keselamatan Pian-Pian sebarataan, semoga selamat hingga sampai ketujuan. Dan amun Pian membutuhkan obat-obatan atau pertolongan medis, segera pian datangi posko-posko kesehatan yang telah disiagakan 24 Jam untuk menunjang kenyamanan pian diperjalanan.